KELOMPOK
2
1. RIA
MARLINA (A1B110210)
2. AHMAD
JAMALUDIN (A1B110204)
3. YULIANI
AYU ADALMA (A1B113229)
4. EKA
APRILINA HASIBUAN (A1B113213)
5. HERVIANA
ORVALA (A1B113209)
6. MARLINA (A1B113239)
MORFOLOGI
2.
1
Pengertian Morfologi
Morfologi
(dalam tata bentuk bahasa inggris, morphologi) adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Tambahan “secara
gramatikal” dalam definisi ini mutlak ada kerena setiap kata juga dapat dibagi
atas segmen yang yang terkecil disebut fonem, tetapi fonem-fonem tidak harus berupa morfem. Misalnya kata Medan terdiri atas lima fonem,
tetapi kata itu sendiri terdiri atas satu morfem. Dalam kaitannya dengan
kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Dalam analisis morfologi kita ambil
bentuk ajar. Dengan menambahkan meng- di depannya kita dapat membentukkan kata
mengajar. Tetapi proses-proses morfemis dapat menghasilkan cukup banyak kata
yang lain, misalnya belajar, pelajar, pelajaran, mengajar, pengajar,
mengajarkan, mengajari, mempelajari, diajar, diajarnya, dan sebagainya.
Berikut secara rinci akan diuraikan beberapa
definisi morfologi dari berbagai sumber.
1. Morfologi adalah bagian dari ilmu
bahasa yang mengkaji tentang morfem dan berbagai kombinasinya (Tim Prima Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Hal 538).
2.
Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya, bagian dari sruktur bahasa yang mencangkup kata dan
bagian-bagian kata,y akni morfem (Kridalaksana, Harimurti.2001.Kamus
Linguistik, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta hal 142).
3.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari kata, bagian-bagian kata dan kejadian
kata (Kridalaksana.1992 :6 dalam Oka, dkk 1994. Linguistik Umum. Depniknas. Hal
149).
4.
Morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang mempelajari kata dan pembentukannya(
Samsuri. 1988. Morfologi dan Pembentukan Kata. Depdikbud : Jakarta. Hal. 34).
5.
Morfologi adalah cabang ilmu yang mempelajari seluk-beluk kata dan
pembentukannya serta pengaruh perubahan bentuk terhadap fungsi dan arti (sande,
j s, dkk. 1982. Morfosintaksis bahasa muna. Depdikbud: jakarta. Hal. 19). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata.
2. 2 Pengenalan Morfem, Morf dan
Alomorf
1. Morfem
Samsuri (1988: 15) menyatakan morfem
sebagai satuan terkecil yang mempunyai makna sendiri. Jika bentuk morfem
ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk
tersebut adalah sebuah morfem.
Contoh:
Kedua
Ketiga
Kelima
Ketujuh
Kedelapan
Ternyata semua bentuk ke pada daftar
di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai
makna yang sama yaitu menyatakan tingkat atau derajat.
Bentuk
ke yang ejaannya tidak diindahkan.
Contoh:
Ke
pasar
Ke
kampus
Ke
dapur
Ke
mesjid
Ke
terminal
Ternyata bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan
tersendiri dan juga mempunyai arti yang sama, yaitu menyatakan arah atau
tujuan. Dengan demikian ke pada daftar tersebut juga adalah sebuah morfem.
Contoh:
Meninggalkan
Ditinggal
Tertinggal
Peninggalan
Ketinggalan
Sepeninggal
Dari daftar tersebut ternyata ada
bentuk sama, yang dapat disegmentasikan dari bagian unsur-unsur lainnya. Bagian
yang sama itu adalah tinggal atau ninggal (tentang perubahan bunyi t- menjadi
bunyi n-). Maka, disini pun bentuk
tinggal adalah sebuah morfem, karena bentuk dan maknanya sama. Untuk menentukan
sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, kita memang harus mengetahui atau
mengenal maknanya. Perhatikan contoh
berikut.
Menelantar
Telantar
Lantaran
Meskipun bentuk lantar terdapat
berulang-ulang pada daftar tersebut, tetapi bentuk lantar itu bukanlah sebuah
morfem karena tidak ada maknanya. Lalu, ternyata pula kata bentuk menelantarkan
memang punya hubungan dengan telantar, tetapi tidak punya hubungan dengan
lantaran.
Klasifikasi morfem
a.
Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang
tanpa kehadirannya morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, pulang,
makan, rumah, jalan dan lain-lain. Morfem
terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan harus diletakkan pada
morfem lain. Misalnya: ber-. Pada contoh
berjuang, berjalan dan lain-lain.
b.
Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem utuh merupakan morfem-morfem
yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {meja}, {laut}, dan
{pergi}. Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu
keutuhan. Morfem-morfem itu terbagi oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan}
dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau
{ber….an}. Contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing
morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak
pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. Morfem itu
direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem
sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
c.
Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem
segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai
contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa
fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. Oleh
karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental. Sedangkan
Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem supra segmental.
Misal, jeda dalam bahasa indonesia. Contoh:
Bapak
wartawan
bapak//wartawan
Ibu
guru
ibu//guru
d.
Morfem beralomorf zero
Konsep mengenai morfem beralomorf
zero atau nol (lambang berupa ΓΈ ), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya
tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental),
melainkan berupa “ kekosongan”.
Contoh:
Bentuk
Tunggal Bentuk
Jamak
I
have a book i
have two books
Kala
kini kala
lampau
They
call me they
calledme
e.
Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem
yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. Morfem
yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah
mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh:
morfem {sekolah}. Berarti ‘tempat belajar’. Sedangkan morfem yang tak bermakna
leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}.
Morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh:
{bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
f.
Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)
Morfem dasar, bentuk dasar (lebih
umum dasar (base) saja, pangkal (stem), dan akar (root) adalah empat istilah
yang biasa yang digunakan dalam kajian morfologi. Namun, sering kali digunkan
dengan pengertian yang kurang cermat, atau malah berbeda. Oleh karena itu,
sejlan dengan usaha yang dilakukan lyons (1977: 513) dan matthews ( 1972: 165 :
1974: 40,73).
Istilah morfem dasar biasanya
digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk seperti
{juang}, {kucing}, {sikat} adalah morfem dasar. Morfem dasar ada yang termasuk
morfem terikat , seperti {juang}, {henti}, dan {abai}; tetapi ada juga yang
termasuk morfem bebas, seperti {beli}, {lari}, dan {kucing}, sedangkan morfem
afiks, seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan} jelas semua morfem terikat.
Akar (root) digunakan untuk menyebut
bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya akar itu adalah
bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksional maupun
afiks derivasionalnya ditanggalnya. Misalnya kata inggris untouchables akarnya
adalah touch.
Istilah bentuk dasar atau dasar (base) saja biasanya
digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses
morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga
berupa gabungan morfem. Umpamanya pada
kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan bicara, maka bicara adalah
menjadi bentuk dasar dari kata berbicara itu, yang kebetulan juga berupa morfem
dasar.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar
dalam prises infleksi atau proses pembubuhan afiks inflektif. Contoh bentuk
inflektif kita ambil dari bahasa inggris.
Pada kata books pangkalnya book. Dalam bahasa Indonesia kata me-nangisi
bentuk pangkalnya adalah tangisi: dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif.
2. Morf dan Alomorf
Samsuri mendefinisikan bahwa morf
adalah suatu bentuk (bahasa) yang mempunyai pengertian contoh: perhatikan
kata-kata berikut: bertanam, berdagang, belajar. Dapat dilihat bahwa ketiga
kata itu masing-masing mempunyai awalan ber-,ber-,bel,- ,dan ketiga bentuk
awalan itu mempunyai pengertian sama. Tiap-tiap bentuk/ber /dan /bel itu
merupakan morf. Ternyata ber- dan bel mempunyai makna yang sama, maka
keduanya adalah anggota morfem yang sama, atau di sebut alomorf. Secara konvensi
kedua alomorf merupakan anggota morfem{ber}. Morfem {ber} mempunyai realisasi
sebagai ber- di depan pokok tanam dan dagang, tetapi bel- di depan pokok ajar. Jadi,
alomorf ialah anggota yangs secara fonetik, leksikal dan gramatikal terbagi
pada seperangkat morf yang mewakili suatu morfem tertentu.
2.
3
Proses Morfemis
1.
Afiksasi
Afiksasi adalah pembubuhan afiks
pada bentuk dasar. Afiks adalah sebuah bentuk yang biasanya berupa morfem
terikat yang diimbuhkan pada sebuah bentuk dasar dalam proses pembentukan kata.
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan menjadi
prefiks, infiks, konfiks, sufiks. Adapun jenis-jenis afiksasi yaitu.
a. Prefiksasi
(awalan)
Prefiks
ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (kata dasar ).
Jenis-jenis
prefiks antara lain
1. Prefiks
meng-
a.
Bentuk prefiks meng- adalah jika fonem
awal satuan dasar kata bentuknya /n/, /k/, /g/, /x/.
Hindar
+ meng-
menjadi menghindar
Urus
+ meng-
menjadi mengurus
b.
Bentuk prefiks mem-, jika fonem awal
satuan dasar kata bentuknya /b/, /p/, atau /f/
Buang
+ mem-
menjadi membuang
Pilih
+ mem-
menjadi memilih
c.
Bentuk prefiks meny-, jika fonem awal
satuan dasar kata bentuknya /s/, /c/, /j/, atau /z/
Cuci
+ meny-
menjadi menyuci
Sempit
+ meny-
menjadi menyempit
d.
Bentuk prefiks men-, jika fonem awal
satuan dasar kata bentuknya /d/ dan /t/
Dapat
+ men-
menjadi mendapat
Tawar
+ men-
menjadi menawar
e.
Bentuk prefiks me-, jika satuan dasarnya
berupa /i/, /r/, /w/, /y/.
Rugi + me-
menjadi merugi
Lebar + me- menjadi melebar
f.
Bentuk prefiks menge-, jika satuan
dasarnya berupa satu suku kata
Cat
+ menge-
menjadi mengecat
Las
+ menge-
menjadi mengelas
2.
Prefiks di-
Menurut
struktur fonologisnya prefiks di- hanya memiliki sebuah bentuk yaitu di-.
Contoh:
Sabit
+ di- = disabit
Aspal
+ di- = diaspal
3.
Prefiks ber-
Ada
tiga macam prefiks ber- yaitu ber-, be-, bel-.
a.
Bentuk prefiks ber-, jika fonem awalannya
bukan/r/.
Contoh
Akar +
ber- = berakar
b.
Bentuk prefiks be-, jika fonem awalnya
/r/.
Contoh
Kerja
+ be- = bekerja
c.
Bentuk prefiks bel-, jika satuan dasar kata bentukannya adalah ujar
atau ajar.
Contoh
Ajar
+ bel- = belajar
4. Prefiks ter-
Ada
dua macam bentuk ter-, yaitu ter- dan
te-
a.
Bentuk ter, jika fonem awalnya bukan
/r/.
Contoh
Buang
+ ter- = terbuang
b.
Bentuk prefiks te-, jika fonem awalnya
adalah /r/.
Contoh
Rasa
+ te- = terasa
5.
Prefiks Per-
Ada
3 macam bentuk prefiks per- yaitu per-, pel-, pe-.
a.
Prefiks per- juga satuan dasarnya
berfonem awal bukan /r/ dan bukan satuan ajar.
Contoh
Isteri
+ per = peristeri
b.
Prefiks pel- jika fonem awal bukan satuan dasarnya ajar.
c.
Prefiks pe- jika fonem awalnya bukan /r/ dan suku awalnya bukan /r/ dan suku awalnya berakhir er.
contoh rendah+ pe- = pekerja
6.
Prefiks ke-
Contoh
Hendak
+ ke- =kehendak
7. Prefiks
se-
Contoh
Diri
+ sen = sendiri
Buah
+se = sebuah
b. Infiksasi
Infiksasi
adalah proses morfologis yang terjadi pemeranan infiks sebagai satuan
pembentuk. Infiks adalah jenis afiks yang berposisi di bagian tengah satuannya.
Di dalam bahasa indonesia ada 4 infiks, yaitu –em-, -el-, -er-, dan –in-
Contoh:
Guruh
+ -em = gemuruh
Tapak
+ -el = telapak
Sabut +
-er = serabut
Kerja + in = kinerja
c. Sufiksasi
Sufiksasi
adalah proses morfologis yang terjadi dengan pemeranan sufiks sebagai unsur
pembentukan satuan. Sufiks merupakan afiks yang berposisi di bagian belakang
satuan dasar.
Contoh:
Lari
+ -kan = larikan
Turut
+ -i = turuti
Tahan
+ -an = tahanan
d. Konfiksasi
Konfiksasi
adalah proses morfologis yang terjadi dengan pemeranan konfiks sebagai unsur
pembentuk satuan. Konfiks adalah afiks yang diimbuhkan di depan dan di belakang
bentuk dasar.
Contoh
Pandang
+ ber-an = berpandangan
Hujan
+ ke-an =
kehujanan
Kupas
+ pen-an = pengupasan
Toko
+ per-an = pertokoan
Baik
+ se-nya =
sebaik-baiknya
2.
Reduplikasi
Ada beberapa pengertian reduplikasi
atau kata ulang menurut berbagai pakar kebahasaan, yaitu:
Pengulangan
adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh
maupun sebagian baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Proses
pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya
maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Proses
reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut
kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Jadi,
kata ulang ialah kata hasil perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun sebagian,
baik dengan variasi fonem maupun tidak. Ciri-ciri kata ulang antara lain.
1. Menimbulkan
makna gramatis,
2. Terdiri
lebih dari satu morfem,
3. Selalu
memiliki bentuk dasar.
Pengulangan
pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata
ulang berkelas kata benda bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Apabila kata
ulang itu berkelas kata kerja bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
Arti
bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya. Ciri ini
sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang,
tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan.
Jenis-jenis
kata ulang yaitu.
a.
Pengulangan Akar
1. Dwilingga (pengulangan utuh)
Pengulangan utuh (dwilingga) adalah
pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar
itu.Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), sungguh-sungguh
(bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi
(bentuk dasar tinggi).
2. Dwipurwa (pengulangan sebagian)
Pengulangan sebagian (dwipurwa)
adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku katanya saja yang
diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan “pelemahan”
bunyi.Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur
(bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari
(bentuk dasar jari).
3. Dwilingga salin suara (pengulangan dengan
perubahan bunyi)
Pengulangan dengan perubahan bunyi
(dwilingga salin suara) adalah pengulangan bentuk dasar tetapi disertai dengan
perubahan bunyi.Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa pula bunyi konsonannya.
Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip, sayur-mayur,
lauk-pauk, ramah-tamah.
4. Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian
belakang dari leksem.Contohnya adalah tertawa-tawa, pertama-tama,
sekali-sekali, berhari-hari.
5. Trilingga
Trilingga adalah pengulangan kata
dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem.Contohnya adalah cas-cis-cus,
ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b. Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks
dahulu, kemudian direduplikasi.Misalnya, pada akar lihat mula-mula
diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk
melihat-lihat.
Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu, baru
kemudian diberi afiks.Misalnya, akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan,
baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan
diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber-
dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
c. Reduplikasi Morfemis
Harimurti Kridalaksana menjabarkan reduplikasi morfemis menjadi:
a. Reduplikasi pembentuk verba
Contohnya adalah :
1.
Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
2.
Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
3.
Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan memperebutkan sebuah
coklat.
b. Reduplikasi pembentuk ajektiva
Contohnya adalah :
1.
Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2.
Ia anak baik-baik.
3.
Keris ini pusaka turun-temurun keluarga kami.
c. Reduplikasi pembentuk nomina
Contohnya adalah :
1.
Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
2.
Tetangga kami akan mengadakan pesta selamatan.
3.
Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
d. Reduplikasi pembentuk pronomina
1.
Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
2.
Kami-kami ini biasanya makan di warung tegal.
3.
Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.
e. Reduplikasi pembentuk adverbia
1.
Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.
2.
Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.
3.
Ia berangkat ke kantorpagi-pagi sekali.
f. Reduplikasi pembentuk interogativa
1.
Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.
g. Reduplikasi pembentuk numeralia
1.
Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk
mengadakan aksi unjuk rasa.
3. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses
penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat,
sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda, atau yang baru (chaer: 185). Komposisi terdapat dalam banyak
bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit.
Verhaar (1978) menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk kalau hubungan
kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis. Kridalaksana (1985) menyatakan kata
majemuk haruslah tetap berstatus kata: kata majemuk harus dibedakan dari idiom,
sebab kata majemuk adalah konsep sintaksis, sedangkan idiom adalah konsep
semantik.
a.
Perbedaan kata majemuk, frasa, dan klausa
Kata
majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua buah morfem yang berhubungan secara
padu dan hasil penggabungan morfem-morfemnya menimbulkan makna baru. Gabungan yang
tidak padu dan tidak menimbulkan makna baru disebut kata atau frasa.
Klausa
terjadi jika gabungan kata menempati dua jabatan kalimat atau lebih (sp).
Contoh klausa : saya tidur. Kata “saya” sebagai subjek dan “tidur” sebagai
predikat. Kata majemuk adalah kontruksi morfologi sedangkan frasa dan klausa
adalah kontruksi sintaksis.
b. Ciri-ciri
kata majemuk
1. Unsur-unsurnya
tidak dapat disisipi dengan unsur yang lain.
2. Tidak
dapat diperluas sehingga merusak identitas maknanya.
3. Tidak
dapat diganti salah satu unsurnya.
4. Tidak
dapat dipertukarkan letak unsur-unsurnya
c. Jenis-jenis
kata mejemuk
Berdasarkan
bentuk morfologisnya
Verba
majemuk dasar, ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung
komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri
dalam frasa, klausa, dan kalimat. Contoh temu wicara, bunuh diri, dan
hancur lebur.
Verba
majemuk berafiks, ialah verba majemuk
yang mengandung afiks tertentu. Contoh menyeberluaskan, mendarmabaktikan, dan
mengambil alih.
d. Berdasarkan
hubungan komponen-komponennya
Verba
majemuk bertingkat, ialah verba majemuk yang salah satu komponennya merupakan
inti. Misalnya pada verba majemuk jumpa pers, haus kekerasaan, dan temu wicara.
Tampak bahwa jumpa, haus, dan temu adalah inti karena komponen kedua terikat
padanya.
Hubungan
itu terlihat jelas apabila verba majemuk itu diparafresekan berikut:
Jumpa
pers = jumpa dengan pers
Haus
kekuasaan = haus akan kekuasaan
Temu
wicara = (ber)temu untuk berbicara
Verba
majemuk setara, ialah verba majemuk yang kedua komponennya merupakan inti. Misalnya
pada verba majemuk timbul tenggalam, jatuh bangun, dan mencumbu rayu, kedua
komponen tiap-tiap verba itu merupakan inti. Hubungan tersebut dapat dilihat
pada parafrasa berikut:
Timbul
tenggelam = timbul dan tenggelam
Jatuh
bangun= jatuh dan bangun
Mencumbu
rayu = mencumbu dan merayu
e.
Perbedaan antara kata majemuk dengan
idiom
Kata mejemuk
adalah kata yang terbentuk melalui penggabungan satu kata dengan kata yang lain
namun maknanya secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing
kata yang tergabung.
Kata
majemuk: a+b menimbulkan makna ab
Contoh:
terjun + payung = melakukan terjun dari udara dengan memakai alat semacam
paying
Sedangkan
idiom adalah perpaduan dua kata atau lebih, tetapi makna dari perpaduan ini
tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang
tergabung.
Idiom:
a+b menimbulkan makna c
Contoh:
naik + darah = marah
Selain itu, dilihat dari panjang pendeknya bentuk. Biasanya verba majemuk
pendek dan umumnya terbatas pada dua kata. Sebaliknya, idiom bisa terdiri dari
dua kata atau lebih.
Contoh
idiom: bertepuk sebelah tangan, memancing di air keruh.
4. Abreviasi
Menurut teori nonkonvensional, abreviasi merupakan salah
satu proses morfologis. Abreviasi adalah proses pemenggalan satu atau beberapa
bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang
berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil
prosesnya disebut kependekan.
Dalam proses ini, leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau
akronim atau singkatan dengan pelbagai abreviasi, yaitu dengan pemenggalan,
kontraksi, akronimi, dan penyingkatan.
Jenis-jenis
Kependekan
Bentuk-bentuk kependekan muncul akibat terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa
secara praktis dan cepat. Di antara bentuk-bentuk kependekan tersebut terdapat
bentuk-bentuk berikut:
a. Singkatan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang
tidak, misalnya: FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia), KKN (Kuliah
Kerja Nyata), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Chair,
abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta:
rineka cipta.
Samsuri. 1981. Analisis
Bahasa. Malang: erlangga.
Noortyani,
rusma. 2010. Morfologi Bahasa Indonesia.
Banjarmasin: scripta cendikia