Minggu, 27 Oktober 2013

Morfologi



KELOMPOK 2

1.      RIA MARLINA                                 (A1B110210)
2.      AHMAD JAMALUDIN                    (A1B110204)
3.      YULIANI AYU ADALMA               (A1B113229)
4.      EKA APRILINA HASIBUAN         (A1B113213)
5.      HERVIANA ORVALA                    (A1B113209)
6.      MARLINA                                       (A1B113239)

MORFOLOGI
2.    1 Pengertian  Morfologi
Morfologi (dalam tata bentuk bahasa inggris, morphologi) adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Tambahan “secara gramatikal” dalam definisi ini mutlak ada kerena setiap kata juga dapat dibagi atas segmen yang yang terkecil disebut fonem, tetapi fonem-fonem  tidak harus berupa morfem.  Misalnya kata Medan terdiri atas lima fonem, tetapi kata itu sendiri terdiri atas satu morfem. Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
            Dalam analisis morfologi kita ambil bentuk ajar. Dengan menambahkan meng- di depannya kita dapat membentukkan kata mengajar. Tetapi proses-proses morfemis dapat menghasilkan cukup banyak kata yang lain, misalnya belajar, pelajar, pelajaran, mengajar, pengajar, mengajarkan, mengajari, mempelajari, diajar, diajarnya, dan sebagainya.
             Berikut secara rinci akan diuraikan beberapa definisi morfologi dari berbagai sumber.
1. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji tentang morfem dan berbagai kombinasinya (Tim Prima Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal  538).
2. Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari  morfem dan kombinasi-kombinasinya, bagian     dari sruktur bahasa yang mencangkup kata dan bagian-bagian kata,y akni morfem (Kridalaksana, Harimurti.2001.Kamus Linguistik, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta hal 142).
3. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari kata, bagian-bagian kata dan kejadian kata (Kridalaksana.1992 :6 dalam Oka, dkk 1994. Linguistik Umum. Depniknas. Hal 149).
4. Morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang mempelajari kata dan pembentukannya( Samsuri. 1988. Morfologi dan Pembentukan Kata. Depdikbud : Jakarta. Hal. 34).
5. Morfologi adalah cabang ilmu yang mempelajari seluk-beluk kata dan pembentukannya serta pengaruh perubahan bentuk terhadap fungsi dan arti (sande, j s, dkk. 1982. Morfosintaksis bahasa muna. Depdikbud: jakarta. Hal. 19). Jadi, dapat disimpulkan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata.
2. 2 Pengenalan Morfem, Morf dan Alomorf
1. Morfem                                                                             
            Samsuri (1988: 15) menyatakan morfem sebagai satuan terkecil yang mempunyai makna sendiri. Jika bentuk morfem ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.
Contoh:
Kedua
Ketiga
Kelima
Ketujuh
Kedelapan
            Ternyata semua bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan tingkat atau derajat.
Bentuk ke yang ejaannya tidak diindahkan.
Contoh:
Ke pasar
Ke kampus
Ke dapur
Ke mesjid
Ke terminal
            Ternyata bentuk ke pada daftar  di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan juga mempunyai arti yang sama, yaitu menyatakan arah atau tujuan. Dengan demikian ke pada daftar tersebut juga adalah sebuah morfem.

Contoh:
Meninggalkan
Ditinggal
Tertinggal
Peninggalan
Ketinggalan
Sepeninggal
            Dari daftar tersebut ternyata ada bentuk sama, yang dapat disegmentasikan dari bagian unsur-unsur lainnya. Bagian yang sama itu adalah tinggal atau ninggal (tentang perubahan bunyi t- menjadi bunyi n-). Maka, disini  pun bentuk tinggal adalah sebuah morfem, karena bentuk dan maknanya sama. Untuk menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, kita memang harus mengetahui atau mengenal maknanya. Perhatikan  contoh berikut.
Menelantar
Telantar
Lantaran
            Meskipun bentuk lantar terdapat berulang-ulang pada daftar tersebut, tetapi bentuk lantar itu bukanlah sebuah morfem karena tidak ada maknanya. Lalu, ternyata pula kata bentuk menelantarkan memang punya hubungan dengan telantar, tetapi tidak punya hubungan dengan lantaran.
Klasifikasi morfem
a.   Morfem Bebas dan Morfem Terikat
            Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadirannya morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, pulang, makan, rumah, jalan dan lain-lain.  Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan harus diletakkan pada morfem lain. Misalnya:  ber-. Pada contoh berjuang, berjalan dan lain-lain.
b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
            Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {meja}, {laut}, dan {pergi}. Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. Morfem-morfem itu terbagi oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. Contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. Morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
c. Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. Oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental. Sedangkan Morfem supra segmental adalah morfem  yang terjadi dari fonem supra segmental. Misal, jeda dalam bahasa indonesia. Contoh:
Bapak wartawan               bapak//wartawan
Ibu guru                               ibu//guru
d. Morfem beralomorf zero
            Konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambang berupa ΓΈ ), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa “ kekosongan”.
Contoh:
Bentuk Tunggal                                              Bentuk Jamak
I have a book                                                  i have two books
Kala kini                                                          kala lampau
They call me                                                    they calledme
e. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. Morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. Berarti ‘tempat belajar’. Sedangkan morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. Morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
f. Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)
            Morfem dasar, bentuk dasar (lebih umum dasar (base) saja, pangkal (stem), dan akar (root) adalah empat istilah yang biasa yang digunakan dalam kajian morfologi. Namun, sering kali digunkan dengan pengertian yang kurang cermat, atau malah berbeda. Oleh karena itu, sejlan dengan usaha yang dilakukan lyons (1977: 513) dan matthews ( 1972: 165 : 1974: 40,73).
            Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk seperti {juang}, {kucing}, {sikat} adalah morfem dasar. Morfem dasar ada yang termasuk morfem terikat , seperti {juang}, {henti}, dan {abai}; tetapi ada juga yang termasuk morfem bebas, seperti {beli}, {lari}, dan {kucing}, sedangkan morfem afiks, seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan} jelas semua morfem terikat.
            Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksional maupun afiks derivasionalnya ditanggalnya. Misalnya kata inggris untouchables akarnya adalah touch.
            Istilah  bentuk dasar atau dasar (base) saja biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfem.  Umpamanya pada kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan bicara, maka bicara adalah menjadi bentuk dasar dari kata berbicara itu, yang kebetulan juga berupa morfem dasar.
            Istilah pangkal  (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam prises infleksi atau proses pembubuhan afiks inflektif. Contoh bentuk inflektif kita ambil dari bahasa inggris.  Pada kata books pangkalnya book. Dalam bahasa Indonesia kata me-nangisi bentuk pangkalnya adalah tangisi: dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif.
2. Morf dan Alomorf
            Samsuri mendefinisikan bahwa morf adalah suatu bentuk (bahasa) yang mempunyai pengertian contoh: perhatikan kata-kata berikut: bertanam, berdagang, belajar. Dapat dilihat bahwa ketiga kata itu masing-masing mempunyai awalan ber-,ber-,bel,- ,dan ketiga bentuk awalan itu mempunyai pengertian sama. Tiap-tiap bentuk/ber /dan  /bel itu  merupakan morf. Ternyata ber- dan bel mempunyai makna yang sama, maka keduanya adalah anggota morfem yang sama, atau di sebut alomorf. Secara konvensi kedua alomorf merupakan anggota morfem{ber}. Morfem {ber} mempunyai realisasi sebagai ber- di depan pokok tanam dan dagang, tetapi bel- di depan pokok ajar. Jadi, alomorf ialah anggota yangs secara fonetik, leksikal dan gramatikal terbagi pada seperangkat morf yang mewakili suatu morfem tertentu.
2.    3 Proses Morfemis
1.      Afiksasi
            Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Afiks adalah sebuah bentuk yang biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan menjadi prefiks, infiks, konfiks, sufiks. Adapun jenis-jenis  afiksasi yaitu.
a.       Prefiksasi (awalan)
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (kata dasar ).
Jenis-jenis prefiks antara lain
1.      Prefiks meng-
a.         Bentuk prefiks meng- adalah jika fonem awal satuan dasar kata bentuknya /n/, /k/, /g/, /x/.
Hindar + meng-           menjadi           menghindar
Urus     + meng-           menjadi           mengurus
b.        Bentuk prefiks mem-, jika fonem awal satuan dasar kata bentuknya /b/, /p/, atau /f/
Buang  + mem-            menjadi           membuang
Pilih     + mem-            menjadi           memilih
c.         Bentuk prefiks meny-, jika fonem awal satuan dasar kata bentuknya /s/, /c/, /j/, atau /z/
Cuci      + meny-           menjadi           menyuci
Sempit  + meny-           menjadi           menyempit
d.        Bentuk prefiks men-, jika fonem awal satuan dasar kata bentuknya /d/ dan  /t/
Dapat   + men-             menjadi           mendapat
Tawar   + men-             menjadi           menawar
e.         Bentuk prefiks me-, jika satuan dasarnya berupa /i/, /r/, /w/, /y/.
Rugi    + me-     menjadi                                 merugi
Lebar    + me- menjadi                                    melebar
f.         Bentuk prefiks menge-, jika satuan dasarnya berupa satu suku kata
Cat       + menge-         menjadi           mengecat
Las        + menge-         menjadi           mengelas
2.    Prefiks di-
Menurut struktur fonologisnya prefiks di- hanya memiliki sebuah bentuk yaitu di-.
Contoh:
Sabit    + di-    = disabit
Aspal   + di-    = diaspal
3.    Prefiks ber-
Ada tiga macam prefiks ber- yaitu ber-, be-, bel-.

a.         Bentuk prefiks ber-, jika fonem awalannya bukan/r/.
Contoh
Akar + ber-   = berakar
b.        Bentuk prefiks be-, jika fonem awalnya /r/.
Contoh
Kerja + be-    = bekerja
c.         Bentuk prefiks bel-, jika  satuan dasar kata bentukannya adalah ujar atau ajar.
Contoh
Ajar      + bel-   = belajar
4.  Prefiks ter-
Ada dua macam bentuk ter-, yaitu ter-  dan te-
a.         Bentuk ter, jika fonem awalnya bukan /r/.
Contoh
Buang + ter-    = terbuang
b.        Bentuk prefiks te-, jika fonem awalnya adalah /r/.
Contoh
Rasa +  te- = terasa
5. Prefiks Per-
Ada 3 macam bentuk prefiks per- yaitu per-, pel-, pe-.
a.         Prefiks per- juga satuan dasarnya berfonem awal bukan /r/ dan bukan satuan                ajar.
Contoh           
Isteri + per = peristeri
b.    Prefiks pel- jika fonem awal bukan satuan dasarnya ajar.
c.    Prefiks pe- jika fonem awalnya bukan /r/ dan suku awalnya bukan /r/ dan         suku awalnya berakhir er.
            contoh rendah+ pe- = pekerja
6. Prefiks ke-
Contoh
Hendak + ke- =kehendak
7.    Prefiks se-
Contoh
Diri + sen = sendiri
Buah +se = sebuah
b.      Infiksasi
Infiksasi adalah proses morfologis yang terjadi pemeranan infiks sebagai satuan pembentuk. Infiks adalah jenis afiks yang berposisi di bagian tengah satuannya. Di dalam bahasa indonesia ada 4 infiks, yaitu –em-, -el-, -er-, dan –in-
Contoh:
Guruh   + -em   = gemuruh
Tapak   + -el     = telapak
Sabut    + -er     = serabut
Kerja      +  in      = kinerja
c.       Sufiksasi
Sufiksasi adalah proses morfologis yang terjadi dengan pemeranan sufiks sebagai unsur pembentukan satuan. Sufiks merupakan afiks yang berposisi di bagian belakang satuan dasar.
Contoh:
Lari       + -kan  = larikan
Turut    + -i       = turuti
Tahan   + -an    = tahanan
d.      Konfiksasi
Konfiksasi adalah proses morfologis yang terjadi dengan pemeranan konfiks sebagai unsur pembentuk satuan. Konfiks adalah afiks yang diimbuhkan di depan dan di belakang bentuk dasar.
Contoh
Pandang          + ber-an          = berpandangan
Hujan               + ke-an            = kehujanan
Kupas               + pen-an         = pengupasan
Toko                + per-an          = pertokoan
Baik                 + se-nya           = sebaik-baiknya
2.        Reduplikasi
            Ada beberapa pengertian reduplikasi atau kata ulang menurut berbagai pakar kebahasaan, yaitu:
Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Jadi, kata ulang ialah kata hasil perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Ciri-ciri kata ulang antara lain.
1.      Menimbulkan makna gramatis,
2.      Terdiri lebih dari satu morfem,
3.      Selalu memiliki bentuk dasar.
Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Apabila kata ulang itu berkelas kata kerja bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya. Ciri ini sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan.
Jenis-jenis kata ulang yaitu.
a. Pengulangan Akar
1. Dwilingga (pengulangan utuh)
Pengulangan utuh (dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi (bentuk dasar tinggi).
2.     Dwipurwa (pengulangan sebagian)
Pengulangan sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan “pelemahan” bunyi.Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur (bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari (bentuk dasar jari).
3.     Dwilingga salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi)
Pengulangan dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan bentuk dasar tetapi disertai dengan perubahan bunyi.Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa pula bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk, ramah-tamah.

4.     Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem.Contohnya adalah tertawa-tawa, pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.
5.  Trilingga
Trilingga adalah pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem.Contohnya adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b. Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi.Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat-lihat.
 Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks.Misalnya, akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
c. Reduplikasi Morfemis
Harimurti Kridalaksana menjabarkan reduplikasi morfemis menjadi:
a.    Reduplikasi pembentuk verba
Contohnya adalah :
1.    Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
2.    Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
3.    Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan  memperebutkan sebuah coklat.
b.    Reduplikasi pembentuk ajektiva
Contohnya adalah :
1.    Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2.    Ia anak baik-baik.
3.    Keris ini pusaka turun-temurun keluarga kami.
c.   Reduplikasi pembentuk nomina
Contohnya adalah :
1.    Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
2.    Tetangga kami akan mengadakan pesta selamatan.
3.    Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
d.    Reduplikasi pembentuk pronomina
1.    Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
2.    Kami-kami ini biasanya makan di warung tegal.
3.    Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.
e.   Reduplikasi pembentuk adverbia
1.    Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.
2.    Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.
3.    Ia berangkat ke kantorpagi-pagi ­sekali.
f.    Reduplikasi pembentuk interogativa
1.    Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.
g.   Reduplikasi pembentuk numeralia
1.    Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.
3.   Komposisi
            Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru (chaer: 185).  Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit.
            Verhaar (1978) menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk kalau hubungan kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis. Kridalaksana (1985) menyatakan kata majemuk haruslah tetap berstatus kata: kata majemuk harus dibedakan dari idiom, sebab kata majemuk adalah konsep sintaksis, sedangkan idiom adalah konsep semantik.
a.   Perbedaan kata majemuk, frasa, dan klausa
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua buah morfem yang berhubungan secara padu dan hasil penggabungan morfem-morfemnya menimbulkan makna baru. Gabungan yang tidak padu dan tidak menimbulkan makna baru disebut kata atau frasa.
Klausa terjadi jika gabungan kata menempati dua jabatan kalimat atau lebih (sp). Contoh klausa : saya tidur. Kata “saya” sebagai subjek dan “tidur” sebagai predikat. Kata majemuk adalah kontruksi morfologi sedangkan frasa dan klausa adalah kontruksi sintaksis.
b.    Ciri-ciri kata majemuk
1.      Unsur-unsurnya tidak dapat disisipi dengan unsur yang lain.
2.      Tidak dapat diperluas sehingga merusak identitas maknanya.
3.      Tidak dapat diganti salah satu unsurnya.
4.      Tidak dapat dipertukarkan letak unsur-unsurnya

c.    Jenis-jenis kata mejemuk
Berdasarkan bentuk morfologisnya
Verba majemuk dasar, ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri  dalam frasa, klausa, dan kalimat. Contoh temu wicara, bunuh diri, dan hancur lebur.
Verba majemuk  berafiks, ialah verba majemuk yang mengandung afiks tertentu. Contoh menyeberluaskan, mendarmabaktikan, dan mengambil alih.
d.   Berdasarkan hubungan komponen-komponennya
Verba majemuk bertingkat, ialah verba majemuk yang salah satu komponennya merupakan inti. Misalnya pada verba majemuk jumpa pers, haus kekerasaan, dan temu wicara. Tampak bahwa jumpa, haus, dan temu adalah inti karena komponen kedua terikat padanya.
Hubungan itu terlihat jelas apabila verba majemuk itu diparafresekan berikut:
Jumpa pers = jumpa dengan pers
Haus kekuasaan = haus akan kekuasaan
Temu wicara = (ber)temu untuk berbicara
Verba majemuk setara, ialah verba majemuk yang kedua komponennya merupakan inti. Misalnya pada verba majemuk timbul tenggalam, jatuh bangun, dan mencumbu rayu, kedua komponen tiap-tiap verba itu merupakan inti. Hubungan tersebut dapat dilihat pada parafrasa berikut:
Timbul tenggelam = timbul dan tenggelam
Jatuh bangun= jatuh dan bangun
Mencumbu rayu = mencumbu dan merayu

e.         Perbedaan antara kata majemuk dengan idiom
Kata mejemuk adalah kata yang terbentuk melalui penggabungan satu kata dengan kata yang lain namun maknanya secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung.
Kata majemuk: a+b menimbulkan makna ab
Contoh: terjun + payung = melakukan terjun dari udara dengan memakai alat semacam paying
         Sedangkan idiom adalah perpaduan dua kata atau lebih, tetapi makna dari perpaduan ini tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung.
Idiom: a+b menimbulkan makna c
Contoh: naik + darah = marah
            Selain itu, dilihat dari panjang pendeknya bentuk. Biasanya verba majemuk pendek dan umumnya terbatas pada dua kata. Sebaliknya, idiom bisa terdiri dari dua kata atau lebih.
Contoh idiom: bertepuk sebelah tangan, memancing di air keruh.
4. Abreviasi      
            Menurut teori nonkonvensional, abreviasi merupakan salah satu proses morfologis. Abreviasi adalah proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan.
            Dalam proses ini, leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan pelbagai abreviasi, yaitu dengan pemenggalan, kontraksi, akronimi, dan penyingkatan.
                                                                                       
Jenis-jenis Kependekan

            Bentuk-bentuk kependekan muncul akibat terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Di antara bentuk-bentuk kependekan tersebut terdapat bentuk-bentuk berikut:

a.       Singkatan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak, misalnya: FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia), KKN (Kuliah Kerja Nyata), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).



Daftar Pustaka

Chair, abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta: rineka cipta.
 Samsuri.  1981. Analisis Bahasa. Malang: erlangga.
Noortyani, rusma. 2010. Morfologi Bahasa Indonesia. Banjarmasin: scripta cendikia